Sabtu, 18 Desember 2010

Islam berbicara tentang cinta


Pemaparan tentang cinta kali ini tentunya akan di lihat dari sudut pandang Islam. Islam diturunkan sebagai agama universal yang rahmatan lil ‘alamin. Kedatangan Islam bukan untuk menyengsarakan umat manusia. Sebaliknya, Islam datang agar manusia mampu menikmati dan merasakan rasa cinta dan kasih sayang sesamanya. Bahkan lebih dari itu, Islam mengajarkan bahwa kasih sayang tidak hanya sebatas kepada manusia, Islam menyuruh untuk menebar kasih sayang kepada semua makhluk, termasuk hewan. Tidak dinafikan manusia suka dikasihi dan mengasihi di antara satu sama lain. Golongan remaja adalah golongan yang sering kali dikaitkan dengan soal percintaan. Cuma lumrahnya mereka mudah terikut-ikut serta taksub dengan pengaruh yang dibawa oleh orang-orang barat sehingga tidak jarang mereka pun mengabaikan kaidah-kaidah agama.
Memang Islam sangat menggalakkan umatnya supaya berkasih sayang di antara satu sama lain akan tetapi untuk meluapkan kasih sayang di antara seorang lelaki dan perempuan perlu melalui saluran yang dibenarkan oleh syarak bukan yang menggalakkan kepada perkara-perkara yang mendorong atau merangsang kepada yang dilarang dan maksiat.
Islam sangat menitikberatkan soal remaja di antaranya bagaimana mengarahkan remaja kepada 7 hal tentang percintaan. Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam ada menyebutkan bahawa tujuh golongan manusia yang akan mendapat perlindungan atau lembayung Allah antaranya: Pemuda atau remaja yang sentiasa beribadat kepada Allah tidak kira pagi, petang, siang atau malam. Seorang laki-laki apabila diajak oleh perempuan yang cantik jelita dan kaya raya untuk melakukan maksiat, dia menolak kerana takutkan Allah, sebagaimana Baginda bersabda yang maksudnya:
“Tujuh orang yang dilindungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya iaitu: Imam yang adil, pemuda yang selalu beribadat kepada Allah, orang yang hatinya sentiasa terpaut kepada masjid, dua orang yang saling cinta-mencintai kerana Allah, mereka bertemu dan berpisah kerana Allah, seorang laki-laki yang diajak oleh perempuan yang kaya dan cantik melakukan maksiat, lalu dia berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah,” seorang laki-laki yang sentiasa bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah dinafkahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang sentiasa ingat kepada Allah (berzikir) di tempat yang sunyi sehingga matanya mengalir air mata.” (Hadis riwayat Bukhari).
Berdasarkan hadis di atas, jelaslah bahwa “pemuda dan remaja yang hebat” itu ialah pemuda yang tahan ujian dan mempunyai jati diri serta tidak mudah terpengaruh semata-mata cinta dan takut kepada Allah Subhanahu Wataala. Tetapi sangat disayangkan di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini malah semakin sulit mememukan “remaja hebat” seperti yang dijelaskan dalam hadist di atas. Mari sadarilah bahwa kaum Yahudi akan selalu dan terus berusaha untuk memecah belah dan merusak Islam dengan cara apa pun termasuk menanamkan penafsiran yang salah tentang cinta.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cinta. Hanya sejauh mana dan sepintar apa kita bisa mengendalikan dan menempatkan cinta itu sesuai dengan tingkatannya, karena pada realitinya, Islam adalah agama yang praktikal, bukan mengekang. Islam agama yang mengatur kehidupan dengan lebih sempurna dan Islam tidak pernah menyekat hubungan kasih sayang di antara umatnya.
Pada akhirnya kita mempunyai dua pilihan yaitu:
1. Memilih jalan Allah SWT dan juga contoh Nabi Muhammad SAW yang jelas meninggalkan perkara syirik,syubhat dan bid’ah.
2. Atau silakan mengikuti kemauan orang kafir dengan cara mengikuti gaya mereka.
Wallahu a’lam bishawab.Semoga bermanfaat. Wassalammu’alaikum wr wb.

Ikhlas dalam agama dan melawan kemusyrikan.


Ikhlas menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al utsaimin yaitu beribadah kepada Allah semata-mata hanya untuk taqarub (mendekatkan diri) kepadaNya dan untuk memperoleh apa yang ada disisiNya.Hal ini dilakukan dengan cara memurnikan tujuan, cinta dan pengagungan hanya kepada Allah dan juga memurnikan seluruh apa saja yang bersifat lahir maupun batin dalam beribadah tidak dikehandaki dan diharapkan dari itu semua kecuali hanya ridhaNya.Allah telah berfirman dalam surat Al An’am ayat 162-163: Artinya:“Katakanlah:”Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyah untuk Allah,Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri(kepada Allah).
Tauhid dan ikhlas ini telah diwujudkan oleh Rasulullah saw, kemudian beliau bersihkan segala sesuatu yang bisa mengotorinya, tidak cukup itu saja bahkan setiap yang bisa membuka peluang untuk masuknya syirik maka beliau sumbat rapat-rapat.Seperti larangan beliau kepada orang yang mengucapkan:”Atas kehendak Allah dan kehendak Anda.” Beliau bersabda:”Apakah kamu hendak menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allah?”tapi (ucapkan):”Atas kehendak Allah saja!” Beliau juga melarang sumpah dengan selain Allah karena disitu ada unsur pengagungan terhadap makhluk yang ia gunakan bersumpah. Sebagai lawan dari tauhid dan ikhlas yaitu syirik, Allah telah berfirman untuk memperingatkan kita dari berbuat syirik, artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.”(AnNisaa’36).
Oleh karena itu hendaknya kita berhati-hati dan waspada terhadap segala bentuk kemusyrikan, baik itu yang besar(akbar) dan dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam,yang kecil (asghar) maupun yang tersembunyi (khafiy).
2. Bersatu dalam agama dan tidak berpecah belah
Perkara ini diperintahkan dalam Al-Qur’an,As-Sunnah serta merupakan jalan hidup shahabat dan salafus shalih.Firman Allah, artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai” (QS Ali Imran 103)
Sabda Nabi : Artinya :”Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, maka tidak boleh salah satu menzhalimi yang lain, tidak pula merendahkan dan menghinanya.” (HR Al Bukhari).Juga sabda beliau yang lain: Artinya:”Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain ibarat sebuah bangunan yang saling menguatkan antara satu dengan yang lain (HR Al Bukhari). Demikianlah anjuran Nabi saw kepada umatnya agar saling mengasihi dan mencintai serta melarang bermusuhan dan bercerai berai. Memang para shahabat pernah berbeda pendapat, akan tetapi tidak menyebabkan perpecahan, permusuhan dan saling benci karena mereka hakikatnya sama-sama berjalan diatas hukum yang dituntunkan oleh Al Qur’an dan As Sunnah.Seperti ketika Nabi saw selesai dari perang Ahzab Jibril as memerintahkan agar segera berangkat ke Bani Quraidhah karena mereka melanggar perjanjian,maka Nabi saw bersabda:”Kalian semua jangan shalat Ashar dulu,kecuali kalau sudah sampai di Bani Quraidhah.” (HR Al Bukhari).
Akhirnya mereka meninggalkan Madinah menuju Bani Quraidhah dan bersamaan dengan itu tiba waktu Ashar, maka sebagian dari para shahabat ada yang shalat Ashar dulu dan sebagian lagi ada yang tidak.Hal ini tidak dicela oleh Rasulullah dan dengan kasus ini para shahabat tidak lantas bermusuhan atau saling benci antara satu dengan yang lain.Demikian pula para salafus shalih ketika berbeda pendapat, selagi dalam masalah ijtihadiyah yang disitu berlaku hukum ijtihad maka perbedaan itu tidak menyebabkan permusuhan dan saling benci, bahkan dalam perbedaan yang sangat tajam sekalipun.Inilah salah satu kaidah pokok Ahlussunnah dalam masalah khilafiyah.
Adapun perselisihan yang tidak bisa dikompromi adalah apa saja yang menyelisihi shahabat dan tabi’in seperti dalam hal I’tiqad dan keyakinan yang mana sebelumnya tidak pernah ada dan munculnyapun setelah qurun mufaddlalah (masa generasi terbaik).
3. Mendengar dan patuh kepada pemegang urusan kaum muslimin (ulil amri)
Ini sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dalam firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (Surat An Nisaa’59). Sedangkan dari hadits nabi diantaranya adalah: Artinya:”Hendaklah kalian semua mendengar dan taat walaupun yang memerintah kalian adalah seorang hamba habasyi”(HR Al Bukhari)
Sabda beliau yang lain Artinya:”Barang siapa yang melihat sesuatu (yang dibenci) pada imamnya maka hendaklah ia bersabar, karena barangsiapa yang memisahkan diri dari Al Jama’ah sejengkal saja,kemudian mati maka matinya dalam keadaan jahiliyah.(HR Al Bukhari)
Akan tetapi ketaatan terhadap amir tidaklah mutlak,yaitu selagi ia tidak menyuruh bermaksiat kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasul saw: Artinya: “Wajib seorang muslim untuk mendengar dan taat baik terhadap perkara yang ia sukai maupun yang ia benci kecuali jika disuruh untuk bermaksiat, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.” (HR Al Bukhari). Dan yang dimaksud amir disini adalah bukan sebagaimana yang diklaim oleh kelompok-kelompok yang ada saat ini.Mereka semua telah salah dalam menerapkan hadits-hadits Nabi saw yang berkaitan dengan imamah, sehingga bukannya bersatu tapi malah memperbanyak jumlah kelompok dan makin menceraiberaikan umat.
4. Penjelasan tentang ilmu dan ulama; fiqih dan fuqahaa serta orang yang seperti mereka padahal bukan

Ilmu yang dimaksudkan disini ialah ilmu syar’I yaitu pengetahuan tentang apa-apa yang diturunkan oleh Allah berupa penjelasan-penjelasan dan petunjuk yang diberikan kepada Rasulullah saw baik itu Al Kitab maupun Al hikmah (As Sunnah).
Allah swt telah berfirman: “Katakanlah:”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui” Sesung-guhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS Az Zumar: 9)
Adapun selain ilmu syar’I jika itu untuk tujuan kebaikan maka itu baik namun jika untuk tujuan yang buruk maka ia jadi buruk,dan jika tidak ada tujuan apa-apa maka termasuk kategori menyia-nyiakan waktu.
Ilmu memiliki banyak keutamaan diantaranya adalah:
akan diangkat derajatnya oleh Allah.
*Bahwa orang yang berilmu
warisan para nabi.
*Ilmu adalah
meskipun pemiliknya telah meninggal.
*Ilmu akan tetap tinggal
yang dibolehkan adalah iri terhadap orang yang berilmu dan mengamalkannya.
*Salah satu iri
cahaya untuk menerangi jalan kehidupan.
*Ilmu merupakan
lentera yang menerangi orang-orang yang di sekitarnya.
*Orang alim ibarat

Yang sangat ditekankan adalah bahwa kita harus tahu siapa sebenarnya ulama dan fuqaha itu sebab ada juga orang-orang yang menyerupai ulama namun pada hakekatnya adalah bukan.Mereka mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil dan pandai menghiasi perbuatan dan ucapannya sehingga kesesatan dan kebid’ahan yang ia lakukan disangka oleh orang sebagai ilmu padahal bukan,ibarat fatamorgana yang disangka air namun ternyata kosong dan semu belaka.
5. Mengenal wali-wali Allah yang sebenarnya
Wali Allah adalah siapa saja yang beriman kepadaNya, bertakwa dan beristiqamah diatas agamaNya, Allah telah berfirman: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS Yunus: 62-63)
Jadi jika seseorang itu beriman dan bertakwa kepada Allah maka dia adalah waliNya.Bukan sebagaimana yang diyakini sebagian orang bahwa wali adalah orang yang maksum (terjaga dari dosa) dan ia mempunyai jalan (tharikat) tersendiri yang langsung dari Allah, bukan syari’at yang dibawa oleh Rasulullah saw, atau dengan kata lain bahwa wali Allah itu biasanya orangnya nyeleneh(tidak wajar).Maka tidak diragukan lagi bahwa orang semacam ini tidak layak untuk disebut wali Allah,dan tidak pantas untuk mengaku bahwa dirinya adalah wali. Allah yang lebih tahu siapa yang menjadi waliNya.Dan yang pasti mereka adalah orang-orang yang selalau berpegang teguh dengan kitabNya dan sunnah NabiNya. Allah telah menjelaskan bahwa tingkatan hambaNya yang diberi nikmat dimulai dari nabiyyin (para nabi), Shiddiqin (jujur dan benar imannya), syuhadaa(para syahid) kemudian shalihin(orang shalih), mereka semua ini adalah wali-wali Allah berdasarkan kesepakatan salafus shalih.
6. Melawan syubhat yang ditanamkan syetan untuk menjauh-kan kita dari Al Qur’an dan As Sunnah
Yaitu mereka bisikkan bahwa Al Qur’an dan Sunnah hanya boleh dipelajari oleh orang yang telah mencapai derajat mujtahid mutlak yang setingkat Abu Bakar atau Umar radhiyallahu anhuma.Jikalau seseorang mempelajarinya maka akan jadi kafir atau zindik. Alhamdulillah syubhat ini dengan pertolongan Allah telah dijawab oleh para ulama dengan meletakkan dasar dan syarat-syarat dalam ijtihad serta penjelasan dari mereka tentang tidak bolehnya seseorang untuk taklid buta,namun hendaknya setiap orang berusaha untuk belajar mengkaji Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman yang benar.
Adapun taklid dibolehkan jika seseorang memang benar-benar awam tidak tahu menahu dan tidak bisa memahami suatu hukum atau sebenarnya mampu namun mengalami kesulitan yang sangat besar maka ia boleh taklid dalam bab yang ia tidak mampu memahaminya.

Sumber Rujukan: Al Ushul As Sittah syaikh Muhammad bin Abdul Wahab; syarah Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

Sumbangan belia bertakwa penting bantu kejayaan,pencapaian ummah sepanjang zaman

GENERASI muda, remaja atau belia ialah kelompok yang aktif dalam semua perkara. Mereka suka bertanya, mencuba, tidak serik dengan peristiwa, cenderung lasak, sukakan cabaran, gemar memperaga diri, sukakan hiburan, mahu berkawan malah suka bercinta.

Inilah perkembangan naluri dan fitrah generasi muda dalam proses membentuk diri menuju kematangan dan masuk ke alam dewasa. Sebagai pemuda Islam, tidak salah bakat yang baik dikembangkan.

Potensi yang dimiliki boleh membangunkan diri, masyarakat dan negara, tetapi ia juga boleh merosakkan diri, meruntuhkan masyarakat dan negara. Isu utama ialah bagaimana potensi itu digilap dan disuburkan secara fitrah serta bakat diguna secara bermanfaat.

Islam meletakkan generasi muda pada kedudukan mulia dan hal ini berbeza berbanding pada zaman sebelum kedatangan Islam. Jika dalam masyarakat Arab jahiliah, bangsawan Quraisy membentuk belia mereka dengan latar belakang kemewahan dan hidup berfoya-foya, tetapi sejurus selepas terpancar nur Ilahi ke dalam masyarakat Arab, acuan itu mula dicorakkan kepada konteks lebih luas, global, punya nilai dan beradab.

Corak remaja atau belia pada zaman itu terbentuk melalui kesan tarbiah rohaniah dan jasmaniah yang dipimpin melalui pendekatan wahyu iaitu melalui cara hidup Islam. Budaya atau cara hidup bersandarkan reda Allah wujud pada diri pemuda ketika itu.

Ini menyebabkan mereka tidak saja memiliki pedoman dan dorongan terbaik untuk memandu jalan hidup, tetapi budaya reda Allah itu membentuk kedewasaan remaja yang akhirnya menjadikan mereka taat serta patuh terhadap perintah Allah dan sentiasa mengelak melakukan apa dilarang.

Al-Quran dan al-sunnah sarat dengan contoh generasi pemuda yang diiktiraf berjaya di sisi Allah. Kisah anak muda dalam surah al-Kahfi ialah pengiktirafan yang dinyatakan secara jelas oleh Allah kerana mereka beriman dan mempertahankan sifat takwa walaupun berdepan pemerintah zalim. Firman Allah yang bermaksud: “Sesungguhnya mereka ialah pemuda beriman kepada Tuhan mereka (Allah) dan Kami tambah kepada mereka petunjuk.” (Surah al-Kahfi: 13)

Allah juga memasukkan belia dan remaja yang menghabiskan masa mengabdikan diri kepada Allah dalam kegiatan hidupnya sebagai manusia yang dimasukkan ke dalam golongan mendapat perlindungan lembayung payung Allah di Padang Mahsyar kelak.

Perkara ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW bermaksud: “Tujuh golongan manusia yang akan dilindungi oleh Allah pada hari yang tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya, pemuda yang hidup dalam keadaan mengabdikan diri kepada Allah.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Pemuda memiliki beberapa kelebihan berbanding orang tua untuk menunaikan tanggungjawab agama sama ada melaksanakan perintah atau menjauhkan larangan antaranya mempunyai banyak masa lapang, belum sibuk dengan kerja lain, mempunyai tenaga dan kekuatan fizikal, mempunyai kecerdasan akal fikiran, mempunyai daya ingatan yang kuat, jarang ditimpa penyakit dan mudah mendapat pertolongan serta memberi bantuan kepada orang lain.

Pada ketika mempunyai kelebihan dan keistimewaan inilah pemuda perlu merebut peluang menunaikan tanggungjawab dengan sebaiknya. Sabda Rasulullah SAW bermaksud: “Rebut lima perkara sebelum lima perkara: muda sebelum tua, lapang sebelum sibuk, sihat sebelum sakit, kaya sebelum miskin dan hidup sebelum mati.”

Pemuda pada awal Islam menjadi tonggak dakwah dan ejen pembangunan dalam membina kekuatan. Nama seperti Mus’ab Umair, Usamah Zaid, Ali Abi Talib, dan Bilal Rabah, membuktikan kepada generasi berikutnya bahawa remaja tonggak kekuatan ummah pada zaman Rasulullah SAW dan sahabat.

Rasulullah SAW berpesan supaya ummah memberikan perhatian kepada mendidik dan menjaga belia dalam sabda Baginda bermaksud: “Aku berpesan kepada kamu supaya memberi perhatian kepada pemuda, sesungguhnya hati mereka lembut. Allah mengutuskan aku membawa agama hanif lalu pemuda menyokong aku sedangkan orang tua menentang aku.”

Justeru, dalam beramal, pemuda dianjurkan sentiasa mengambil peluang melaksanakan ibadat tanpa perlu bertangguh kerana usaha meningkatkan takwa dalam hidup bukan bermusim. Firman Allah bermaksud: “Dan dirikan oleh kamu sembahyang dan tunaikan zakat, dan apa juga yang kamu dulukan daripada kebajikan untuk diri kamu, tentu kamu akan mendapat balasan pahalanya di sisi Allah.” (Surah al-Baqarah: 110)

Sabda Rasulullah SAW bermaksud: “Tidak berganjak langkah kaki seseorang hamba pada hari pembalasan kelak sehingga mereka ditanya empat soalan iaitu umurnya ke mana diperuntukkan, usia muda ke mana dihabiskan, hartanya daripada diperoleh dan ke mana dibelanjakan dan ilmunya apakah diamalkannya.” (Hadis riwayat at-Tirmizi)

Rasulullah SAW juga pernah melahirkan perasaan takjubnya kepada pemuda yang sentiasa bersungguh-sungguh menjunjung nilai takwa dalam kehidupannya dan bukan bersikap seperti kebudak-budakan. Sabda Baginda SAW bermaksud: “Sesungguhnya Allah sangat kagum kepada pemuda yang tidak memiliki sifat kebudak-budakan.”

Ketika hayatnya, Baginda SAW selalu berpesan kepada belia dan remaja supaya memperlihatkan sifat matang, sesuai dengan kekuatan fizikal sehingga dapat dibezakan dengan golongan tua. Lantaran itu, ketika usia Baginda menginjak ke angka 40, terjadi peristiwa kenabian pada waktu yang dianggap sempurnanya kematangan umur dewasa. Ketika itu, kebanyakan pendukung kuatnya ialah pemuda.

Saidina Abu Bakar, tua tiga tahun daripada umur Baginda, Saidina Umar pula berusia 27 tahun ketika memeluk Islam, Saidina Othman lebih muda daripada Baginda dan Saidina Ali jauh lebih muda daripada sahabat lain.

Begitu juga sahabat yang terkenal sebagai pendamping dakwah yang dibawa Baginda SAW seperti Abdullah Mas’ud, Said Zaid, Abdul Rahman Auf, Bilal dan Musab Umair yang berusia muda. Nama seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sufian, malah Abu Talib yang tidak menerima dakwah Baginda SAW ialah kalangan generasi tua.

Harapan Islam kepada generasi muda, remaja atau belia amat tinggi, justeru pengiktirafan ini mesti dibuktikan melalui tindakan dan realiti, bukan sekadar retorik atau omong kosong. Benar dan tepat kecintaan Allah kepada mereka yang suka bersedekah, tetapi Allah lebih cinta generasi muda yang bersedekah, Allah juga mencintai mereka yang beramal, tetapi Allah lebih mencintai generasi muda beramal. Allah mengasihi orang beribadat, tetapi Allah lebih mengasihi pemuda yang beribadah.

Di dalam Islam, ilmu pengetahuan mempunyai kedudukan tinggi dan istimewa di sisi Allah terbukti melalui pengiktirafan Allah terhadap ilmu melalui wahyu pertama Ilahi kepada junjungan besar Rasulullah memerintahkan baginda untuk mempelajari ilmu dan menitikberatkan kepentingan pembelajaran dalam setiap aspek kehidupan manusia.

Islam menganggap hanya manusia yang dihiasi dengan ilmu pengetahuan saja golongan yang benar-benar bertakwa kepada Allah.

Jelas di sini bahawa ilmu pengetahuan dalam Islam mengandungi satu kefahaman ilmu yang menyeluruh dan bersepadu yang menyaksikan ilmu dan nilai tidak dapat dipisahkan sama sekali. Termasuk dalam konteks ini, ilmu sains dan teknologi adalah antara cabang ilmu pengetahuan yang memberi manfaat dan faedah besar kepada kelangsungan tamadun manusia.

Istilah sains itu sebenarnya berasal daripada perkataan Latin, scientia dan daripada bahasa Arab yang membawa pengertian sama iaitu ilmu pengetahuan. Pada asalnya, ilmu sains ini merangkumi semua cabang ilmu dihasilkan oleh pemikiran manusia cerdik pandai seperti falsafah, matematik, astronomi, geografi, geologi, fizik, kimia, perubatan dan sebagainya. Semua cabang ilmu itu di satu dan disepadukan di bawah bidang ilmu sains. Kemudian, apabila cabang ilmu itu semakin berkembang dan luas perbahasannya, cabang ilmu itu mula memisahkan diri daripada ilmu sains dan mula membentuk identiti ilmunya yang tersendiri.

Maka, lahirlah ilmu geografi, ilmu perubatan, ilmu fizik dan lain-lain.

Al-Quran teras sains Islam, bahkan al-Quran menganjurkan umat manusia sama ada beriman atau tidak, supaya menyelidiki alam sebagai tanda membuktikan kewujudan dan kebesaran Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar